[17:1] Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya847 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
847: Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Sejarah Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal, Isra dan Miraj. Secara istilah, Isra berjalan di waktu malam hari, sedangkan Miraj adalah alat (tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad saw pada waktu malam hari dari Masjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid Al Aqsha ke langit sampai di Sidratul Muntaha dan langit tertinggi tenpat Nabi Muhammad saw bertemu dengan Allah swt.
Peristiwa Isra Miraj murni peristiwa kenabian yang bukan untuk diteladani tetapi dapat diambil hikmah dan dapat dipelajari pesan tersembunyi di dalamnya. Satu-satu hasil perjalanan Isra Miraj yang langsung mengena dan harus dijalankan seluruh Muslim adalah shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam.
Isra dan Miraj merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain adalah elemen ruang. Pemilihan malam bukan siang ketika umumnya manusia sedang sibuk beraktivitas. Dapat kita pandang bahwa waktu juga mendapat perhatian khusus dan bukan hal yang biasa (lumrah), sewajarnya atau umumnya.
Karena itu, Isra dan Miraj kita coba pahami dengan konsep struktur ruang dan waktu. Kita cari dulu ayat-ayat yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Karena perjalanan Nabi Muhammad saw diiringi oleh Malaikat Jibril, maka kita mencari informasi lain disekitar malaikat yang dapat membantu menjelaskan perjalanan ini.
[70:3] (yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.
[70:4] Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun1511.
1511: Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
Bayangan awal kita dan mungkin para sahabat saat mendengar Nabi Muhammad saw menyampaikan ayat ini adalah gerak, terbang atau melayang para ruh dan malaikat yang jauh lebih cepat dari kita atau kendaraan tercepat kita.
Hitungan kasar, 18.250.000 kali kecepatan kita, (18.250.000 didapat dari 50.000 X jumlah hari dalam 1 tahun). Misalkan kita ambil kecepatan unta adalah 25 km/jam dan dalam sehari efektif delapan jam perjalanan, maka kita menempuh jarak 200 km dalam satu hari.
Jika Miraj dari Masjidil Aqsha ke langit dan kembali ke bumi dilakukan mulai jam delapan malam sampai dengan jam empat pagi, maka perjalanan Nabi Muhammad saw mencapai kejauhan satu miliar delapan ratus dua puluh lima juta kilometer dari bumi. Perjalanan ini baru melampaui Planet Saturnus tetapi belum sampai Uranus apalagi Neptunus.
Konsep perhitungan di atas adalah perhitungan fisika klasik, yang dibangun secara formal dengan asumsi bahwa ruang bersifat absolut (?) dan waktu independen tidak mempengaruhi ruang dan sebaliknya.
Dengan menggunakan teori relativitas khusus (Einstein) dan langsung mengaitkan dengan ayat 3-4 Al Ma'arij dengan konsep dilasi (pemuluran) waktu, yaitu satu hari perjalanan malaikat dan ruh setara dengan 50.000 tahun, berarti kecepatan para ruh dan malaikat hampir mendekati cahaya itu sendiri, ini wajar jika mengingat malaikat dari cahaya.
Jika perjalanan Miraj dilakukan dengan kecepatan cahaya 300.000 km/detik, maka jarak yang ditempuh adalah 4.320 juta kilometer, yang tidak lain kisaran jarak matahari Neptunus, Artinya Miraj baru mencapai planet Neptunus.
Penjelasan Peristiwa Isra dan Miraj di atas, mempunyai tiga kelemahan yaitu :
Pertama, Menurut prinsip teori relativitas khusus, hanya materi yang tak bermassa saja yang bisa bergerak dengan laju kecepatan cahaya. Materi tersebut adalah foton atau cahaya yang tidak lain gelombang elektromagnetik. Jika penafsiran di atas benar maka pada gilirannya menuntun pada kesimpulan bahwa Isra dan Miraj Nabi Muhammad saw hanya sebatas ruh.
Kedua Perjalanan dengan kecepatan cahaya hanya mampu mecapai jarak terjauh Planet Neptunus, planet terluar dari sistem tata surya kita sejak Pluto dihapus dari keanggotaan sistem tata surya kita. Jadi jangan mendekati bintang terdekat, yakni Alfa Centauri yang memerlukan waktu 4,4 tahun untuk mencapainya dengan kecepatan cahaya, keluar dari sistem tata surya saja belum. Rasanya sangat mustahil bahwa Sindratul Muntaha dan tempat berdialog dengan Allah swt terjadi disana.
Ketiga, andai Nabi Muhammad saw bergerak mendekati kecepatan cahaya maka tubuh Nabi Muhammad saw akan "meledak" sesuai dengan hasil relativitas khusus.
Dengan demikian teori relativitas khusus tidak memadai untuk menjelaskan peristiwa Isra dan Miraj sehingga perlu dijelaskan dengan cara lain. Ruang absolut serta ruang waktu mengerut versi realtivitas khusus masih belum menjelaskan peristiwa Isra dan Miraj dengan baik.
Kita gunakan konsep ruang yang lain yakni ruang waktu melengkung yang juga dirumuskan Albert Einstein. Dalam ilmu fisika, wormhole atau lubang cacing adalah suatu hipotesa topologi masa depan dari ruang waktu dimana esensinya adalah jalan pintas yang melewati ruang dan waktu.
Sebuah lubang cacing setidaknya mempunyai dua “mulut” yang menghubungakan satu saluran. Jika “lubang cacing” ini bersifat traversable, maka sesuatu dapat melakukan perjalanan dari satu mulut ke mulut lainnya melalui saluran ini.
Meskipun sampai saat ini tidak ada bukti penelitian tentang “lubang cacing”, secara ilmu relatifitas umum ini bisa terjadi.
Keberadaan wormhole dalam teori dimulai ketika Albert Einstein memperkenalkan Teori Relativitas Umum. Einstein menunjukkan bahwa massa bisa membuat ruang (waktu) melengkung/terlipat, semakin besar massa, semakin melengkung ruang (waktu).
Dalam peta jarak terdekat antara Pontianak-Bandung adalah ketika ditarik garis lurus antarkedua kota tersebut. Tapi dalam teori Lubang Cacing, jarak ini bisa semakin dekat. Caranya? Coba temukan kedua titik kota tersebut dengan melipat peta tersebut. Itulah jarak terdekat dan seperti inilah salah satu teori yang berkembang tentang Lubang Cacing.
Wormhole yang berkaitan dengan hubungan dalam ruang-waktu, dikenal sebagai Laurentzian wormhole. Hubungan disini tentu saja dikatakan sebagai jalan pintas, karena: Jika perjalanan dari Gerbang ke Bulan, bisa dilakukan jauh lebih cepat, bahkan lebih cepat daripada laju cahaya menempuh jalur normal. (Tentu saja artian lebih cepat dari laju cahaya ini karena menggunakan jalur yang lebih pintas, bukan karena ‘lebih cepat dari laju cahaya’). Itu tentu saja, bila perjalanan memang dapat dilakukan melalui wormhole
Isra dan Miraj tidak mungkin dijelaskan secara eksak dan tuntas, hal yang paling penting memang bukan tuntasnya penjelasan tetapi pesan ilmiah yang tersirat dalam peristiwa ini.
Dalam Peristiwa Isra dan Miraj ternyata memberi pesan bagi eksistensi dan strutur ruang-waktu melengkung sekaligus ruang atau dimensi ekstra, dimensi yang lebih tinggi dari dimensi material kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar